PONTIANAK - Kota Pontianak menjadi satu antara lima Kota di Indonesia yang ditunjuk Global Covenant of Mayors (GCoM) for Climate and Energy sebagai pilot project atau kota percontohan dalam berkomitmen melakukan aksi nyata berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta akses terhadap energi yang berkelanjutan.

 

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono usai membuka kegiatan pelatihan mitigasi bencana dan perubahan iklim dengan GCom Asia, mengatakan, sebelumnya telah ditandatangani MoU bersama GCom Asia.

 

“Hasilnya ini akan terus berlanjut, yang nantinya Kota Pontianak bisa memberikan sumbangsih untuk penanganan efek rumah kaca di Indonesia,” katanya, Selasa (11/1/2022) di Ruang Pontive Center.

 

Edi melanjutkan, pelatihan ini ditujukan bagi para pemangku kebijakan, dalam hal ini kepala dinas terkait di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DPPP).

 

Melalui pelatihan ini, Edi ingin pihaknya terampil dan sigap dalam antisipasi bencana, khususnya kendala yang dihadapi saat musim hujan dan musim kemarau.

 

“Di luar negeri seperti Jepang dan Singapura saja bisa tergenang, dan itu menjadi tantangan kita juga. Di Indonesia ini, seperti yang kita tau, saat kemarau bisa memicu titik api yang dapat membakar lahan. Begitu pula saat hujan dengan intensitas tinggi, bisa berisiko genangan,” terangnya.

 

Ia menjelaskan, kondisi topografi di Kota Pontianak yang rendah menyebabkan risiko genangan menjadi tinggi. Dirinya menilai untuk dapat keluar dari permasalahan ini memakan biaya yang tak sedikit dan memerlukan waktu yang panjang.

 

“Tetapi dengan permukiman yang sudah padat ini, bagaimana kita antisipasi genangan itu tidak sampai menimbulkan korban,” pungkas Edi.

 

Hadir pada kesempatan ini pula, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak, Trisna Ibrahim.